PENYEBARAN penyakit ngorok yang menyerang ternak sapi dan kerbau ngorok di tiga kabupaten di Provinsi Bengkulu, meningkat. Peningkatan penyebaran itu dilaporkan terjadi dua bulan terakhir.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, Indah Permatasari di Bengkulu, mengatakan, penyebaran penyakit ngorok yang menyerang ternak sapi dan kerbau terjadi di Kabupaten Kaur, Kepahiang, dan Bengkulu Selatan. "Dari pendataan Disnakeswan hingga Rabu, 23 Oktober secara keseluruhan jumlah ternak yang tertular sebanyak 865 ekor," katanya, Rabu (23/10).
Di Kabupaten Kaur, penyakit ngorok menjangkiti 764 ekor hewan, terdiri dari 550 ekor kerbau dan 214 ekor sapi. Di Kabupaten Bengkulu Selatan, sebanyak 100 ekor hewan terjangkiti, terdiri dari 93 ekor sapi dan tujuh ekor kerbau, dan di Kabupaten Kepahiang baru terdeteksi satu ekor kerbau menderita penyakit ngorok.
Akibat penyebaran penyakit tersebut, lanjut dia, tercatat sebanyak 177 ekor ternak mati. "Disnakeswan mengimbau untuk menekan penyebaran penyakit ngorok pada ternak, masyarakat diminta untuk melakukan langkah cepat dengan memberikan vaksin pada ternaknya serta melakukan penanganan yang tepat," imbuh Indah.
Bagi pemilik ternak yang melihat adanya gejala penyakit, kata dia, dengan tanda-tanda malas makan, hidung beringus dan mengalami perut kembung dan ngorok pada keesokan hari maka harus langsung diobati. Jika terdapat ternak lainnya yang berada dalam satu kawanan pengembalaan atau satu kandang maka ternak tersebut juga perlu divaksin dan diberikan pengobatan, meski belum menunjukkan terjangkit penyakit.
Saat ini, Disnakeswan telah menyalurkan sebanyak 1.000 dosis untuk Kabupaten Kaur, 500 dosis untuk Bengkulu Selatan, dan 500 dosis untuk Seluma. Vaksin ini diharapkan dapat mengakomodir seluruh ternak di wilayah Bengkulu, yang populasinya terdata sebanyak 15.168 ekor kerbau, 116.151 ekor sapi potong dan 86 ekor sapi perah. (M-1)