Studi: Laut dan Pohon Tak Lagi Serap CO2, 'Kiamat' Iklim Makin Nyata?

1 hour ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilutrasi kekeringan akibat pemanasan global. Foto: Shutter Stock

sosmed-whatsapp-green

kumparan Hadir di WhatsApp Channel

Tingkat emisi karbon pada 2023 telah memecahkan rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, dan studi menyebut ini bisa jadi tanda gagalnya sistem penyerapan alami dalam menyerap karbon di atmosfer.

Pertumbuhan CO2 di atmosfer tahun lalu terjadi bersamaan dengan tingginya suhu panas. Peneliti menemukan, suhu tinggi ini kemungkinan besar berdampak negatif pada kemampuan ekosistem di Bumi untuk menyerap karbon.

Sebelumnya, lautan dan daratan–seperti pohon dan tanah– diketahui berperan besar dalam menyerap setengah dari semua emisi CO2 yang disebabkan manusia. Namun, tahun lalu kapasitas penyerapan karbon alami ini mengalami penurunan.

“Sejauh ini alam telah menyeimbangkan (aktivitas) yang kita lakukan,” kata Johan Rockstrom, direktur Potsdam Institute for Climate Impact Research di acara New York Climate Week dilansir The Guardian.

Temuan awal peneliti ekologi dari Tsinghua University, Piyu Ke dan rekannya menunjukkan bahwa penyerap karbon di darat telah berhenti melakukan perannya pada tahun 2023. Emisi CO2 di atmosfer pada 2023 meningkat sekitar 86 persen dibandingkan tahun 2022. Kenaikan ini terdeteksi di atas stasiun Mauna Loa. Studi sebelumnya juga menemukan, kemampuan laut untuk menyerap CO2 telah terganggu.

“Hal ini menyiratkan melemahnya daratan dan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menimbulkan pertanyaan di mana dan mengapa ini terjadi,” papar peneliti.

Emisi karbon di Jakarta. Foto: Aly Song

Hasil hitungan peneliti menunjukkan, semua proses penyerapan CO2 di daratan, mulai dari pohon, rumput, hingga mikroba di tanah, nyaris tidak menyerap banyak karbon dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Hasil ini mengkhawatirkan karena suhu terus berada pada nilai yang sangat tinggi pada 2024,” tulis Ke dan rekan-rekannya dalam studi yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Hutan hujan Amazon yang dilanda kekeringan dan kebakaran selama bertahun-tahun menyumbang penurunan penyerapan karbon terbesar. Namun, bisa jadi ini hanya bersifat sementara.

La Nina diprediksi akan mengembalikan curah hujan ke wilayah yang kritis macam Amazon, sehingga peneliti berharap penyerapan karbon bisa kembali ke tingkat sebelumnya di tahun-tahun mendatang. Kendati begitu, banyak kerusakan yang telah terjadi bersifat jangka panjang.

“Hutan yang terbakar di Kanada tak bisa sepenuhnya memulihkan cadangan karbonnya selama beberapa dekade mendatang, mengingat dibutuhkan sekitar 100 tahun bagi pohon boral untuk memulihkan biomassa awalnya,” papar Ke.

Untuk saat ini, manusia masih mengandalkan kemampuan alami Bumi dalam menangani karbon di atmosfer. Upaya yang dilakukan manusia saat ini masih belum membuahkan hasil. Proyek besar menangani CO2 yang dilakukan negara kaya, gagal mencapai tujuannya.

Sekali lagi, hal ini menegaskan bahwa satu-satunya cara yang manusia miliki untuk menangani pemanasan global atau krisis iklim adalah dengan mengurangi emisi karbon semaksimal mungkin.

“Kita benar-benar harus mengatasi masalah besar: emisi bahan bakar fosil di semua sektor,” kata Pierre Friedlingstein, ahli meteorologi di Exeter Univ...

Read Entire Article